Jumat, 30 Oktober 2009

Review Article: Pengambilan Keputusan Oleh Perusahaan Produsen Sepeda Motor Ducati

Cerita Ducati Melakukan Pendekatan Komunal

Kamis, 15 Oktober 2009 | 10:20 WIB
KOMPAS.com - Sebelum tahun 1996, Ducati, produsen sepeda motor premium asal Bologna, Italia, sempat mengalami masalah serius. Penjualan terus digerogoti oleh kompetitor, terutama produsen dari Jepang, Eropa dan Amerika. Ditambah lagi karena kesulitan cash flow, banyak supplier yang tidak bisa dibayar. Pengiriman barang ke konsumen tersendat bahkan sampai tidak mampu lagi untuk dilaksanakan. Kualitas produk juga terus memudar. Di masa itu, bisnis memang sangat susah sehingga pemiliknya harus melego assetnya ke Texas Pacific Group (TPG), perusahaan private equity dari Amerika. Setelah masuk mengambil alih Ducati, TPG langsung menaruh bekas konsultan McKinsey, Frederico Minoli, untuk posisi CEO yang bertugas untuk melakukan gebrakan turnaround di perusahaan. Langkah yang dilakukan setelah tahun 1996, bisa dilihat dari beberapa aspek namun dari kesemua yang dilakukan, mulai dari perluasan portofolio, pemangkasan jaringan distribusi, dan aktivitas branding yang dilakukan, satu yang menjadi benang merah adalah orientasinya yang komunal. Minoli ketika itu bertujuan untuk mengambil kembali konsumen yang lari ke pesaing dan sekaligus memperbesar basis konsumen yang ada. Bagaimana caranya? Menggunakan basis pelanggan (Minoli menyebutnya ’fans’) yang ada yang terbukti loyal dan mengkomunitaskan mereka kedalam sebuah wadah yang dinamakan Ducatisti. Di sini Minoli percaya bahwa Ducati bukanlah sebuah motor, namun sebuah pengalaman mengendarai motor. Seperti yang ia katakan ”Cita-cita saya adalah untuk membawa Ducati dari ’logam bermekanik’ ke entertainment dan experience, dari motorcycle ke motorcycling.” Sejak tahun 1997, Ducatisti mulai berkeliaran ke mana-mana, dan mereka memang pada dasarnya bukan hanya pengendara sepeda motor premium, tapi mereka adalah fans yang menggunakan aksesoris dan merchandise yang bermerek Ducati. Ducatisti ini menjadi komunitas tersendiri. Komunitas penggemar (‘fans’) Ducati, yang terkumpul dari mana-mana, bukan saja pembeli, namun juga karyawan di dalam perusahaan dan para dealer. Bahkan ketika Ducati membuka flagship store-nya di New York, orang-orang awam mungkin terkejut karena di sana tidak ada SPG karena yang ada malah tenaga ahli yang telah berpengalaman lama di dalam dunia motor, yang ternyata adalah anggota komunitas Ducatisti. Langkah strategis lainnya adalah pembentukan Desmo Owners Club (DOC) yang dibuat bersama Ducatisti, sebagai referensi utama untuk pooling para fans yang tergila-gila dengan motor Desmodromic yang merupakan ciri khas Ducati. Klub yang non-profit ini juga ditujukan untuk mengkonek anggota yang memiliki interest dan antusiasme yang sama mengenai merek Ducati. Dengan masuk ke DOC ini, anggota bisa kenalan dengan anggota lain, berpartisipasi dengan event-event yang diselenggarakan, dan mendapat benefit dari layanan ekslusif, mulai dari diskon merchandise sampai tiket Superbike Championship.

Perluasan Portfolio Produk
Satu hal yang juga dilakukan oleh Minoli adalah pembenahan produk portofolio. Di masa restrukturisasi bisnisnya, di akhir tahun 1990an Ducati semakin kerja keras untuk membenahi produknya, bukan saja dengan meluncurkan model baru, namun juga melakukan inovasi baru dari segi teknis dan desain sehingga dapat menonjolkan keunikan yang lebih solid ketika dilawan oleh pesaing dari Jepang (yang bermain di mass market seperti Honda, Suzuki, Yamaha, dan Kawasaki), Eropa (yang bermain di kelas premium seperti BMW dan Triumph), dan juga Amerika (Buell dari Harley Davidson). Perluasan portfolio ini termasuk langkah agresif untuk main di produk yang bermargin tinggi. Maka dari itu, Ducati melakukan ekspansi dari produk motor (di lini kategori naked, superbike, sport touring, dan dual) ke produk komplementer yang terkait dengan motor seperti aksesoris motor dan apparel, yang mana keduanya menjadi kebutuhan Ducatisti. Produk-produk dibawah Ducati Gear ini diproduksi dengan berkolaborasi dengan perusahaan Dainese, yang membuat jaket kulit untuk balapan, sarung tangan, sepatu, helm, t-shirt, topi, dan memorabilia lainnya. Untuk memproduksi itu semua, langkah yang dilakukan Ducati pada saat itu adalah lewat pembangunan platform untuk kolaborasi dengan supplier. Dalam hal ini, biaya produksi dan logistik sebesar 85% di outsource ke pihak ketiga. Dengan ini, Ducati pada akhirnya hanya fokus di design, perakitan mesin dan motor, dan quality test. Beberapa komponen baru yang ditambahkan untuk motornya di co-develop dan co-create bersama dengan supplier dan Ducatisti lewat platform yang dimiliki.
Untuk mendekatkan diri dengan konsumen dan memaksimalkan penjualan di tingkat ritel, Ducati ketika itu juga memangkas Jumlah dealer dari 165 (pada tahun 1996) menjadi 61 (pada tahun 2000). Sebagai langkah restrukturisasi biaya, jumlah dealer yang dikurangi digantikan oleh internet. Jaringan distribusi melalui online dan offline ini merupakan gebrakan yang berani mengingat langkah tersebut dipandang radikal. Meskipun demikian, produk mereka, MH900e, merupakan sepeda motor pertama di dunia yang diluncurkan dan dijual lewat internet dan terbukti menjadi sukses ketika itu.

Low-Budget High Impact Branding
Setelah punya komunitas, produk dan komplementer untuk komunitas yang diciptakan bersama Ducatisti, langkah yang dilakukan oleh Ducati ketika itu adalah mempayungi semua kegiatan branding melalui “World of Ducati” secara physical (offline) dan virtual (online). Berbagai kegiatan offline untuk mengkonek para Ducatisti dilakukan atas sponsor Ducati. Contohnya di acara World Ducati Weekend, para anggotanya bisa balapan antar satu sama lain, mengunjungi pabrik Ducati, dan juga museum Ducati di Bologna. Ducatisti juga bisa ikut balapan antar anggota di dunia online, lewat video games dan online racing, yang mana kesemuanya bukan hanya meningkatkan kehadiran Ducati di tengah komunitasnya, namun juga menciptakan revenue tambahan. Langkah branding yang dilakukan untuk me-refresh pendapat orang tentang Ducati dilakukan pula lewat iklan testimonial oleh Ducatisti sendiri, termasuk karyawan, dealer, dan pengguna Ducati. Selain itu, untuk menonjolkan karakter merek lifestyle-nya, Ducati juga berkolaborasi dengan brand lifestyle berkelas mulai dari rumah lelang Sotheby, DKNY, Harrod’s dan sebagainya. Langkah marketing yang juga sangat cerdik adalah ketika ia melakukan product placement di beberapa film box office seperti Matrix Reloaded, Blade II, dan sebagainya.



Ducati: Sebuah Contoh Praktek New Wave
Di bawah Minoli, sejak 1996 Ducati memang membukukan berbagai prestasi yang sangat luar biasa. Sampai tahun 2001, pertumbuhan perusahaan setiap tahunnya berada di angka dua digit, terutama didorong oleh keberhasilannya menjual kategori Superbike dan Naked (Ducati Monster). Pertumbuhan perusahaan secara rata-rata dari tahun ke tahun pada saat masa restrukturisasi (1996-2001), adalah 25 persen jika dilihat dari unit motor yang terjual, 31 persen untuk revenue, dan 41 persen untuk operating margin. Keberhasilan Ducati ketika itu diperoleh karena pemantapan karakter merek secara keseluruhan ditambah oleh perluasan portofolio, pembenahan distribusi, dan efisiensi pabrik. Namun diluar itu semua, pendekatan komunal menjadi sentral. Bahkan salah satu jajaran direktur dibawah Minoli langsung adalah direktur komunitas, bukti bahwa fungsi untuk menangani komunitas dipandang sangat strategis untuk Ducati. Seperti yang diakui oleh Minoli, langkah pendekatan community marketing yang memang terbukti low-budget, high impact, karena dengan demikian kontribusi Ducati untuk aktivitas pemasaran menjadi relatif lebih sedikit. Dengan adanya wadah untuk Ducatisti, otomatis yang bekerja adalah para ducatisti sendiri. Dalam hal ini Minoli mengatakan “The Ducatisti work on our behalf, in a manner of speaking. This is the brilliance of it.” Di sini dia juga menceritakan tentang bagaimana seorang ducatisti yang juga seorang jurnalis di Daily Telegraph di Inggris suatu hari memuat cerita tentang aktivitas rally Ducati Vintage, di halaman depan. Aktivitas tersebut dilakukan oleh anggota komunitas dan dimuat oleh jurnalis yang juga anggota komunitasnya. Semua dilakukan bukan atas inisiatif perusahaan, namun anggota komunitas. Dan tentunya hal ini terwujud karena Ducati memberikan kebebasan bagi para Ducatisti untuk “own the brand.” Ducati adalah sebuah contoh yang menggambarkan bagaimana di Dunia New Wave yang serba horizontal seperti sekarang, langkah melakukan channeling yang paling tepat adalah lewat pendekatan komunal. Maka dari itu kami katakan bahwa Place is Communal Activation, di mana perusahaan berusaha untuk mengaktifkan komunitasnya lewat connector yang ada di physical (offline) dan virtual (online). Kalau sudah ada connector untuk komunitas, tentunya melakukan aktivitas pemasaran apa saja akan menjadi lebih mudah.
Bagaimana Pendapat Anda?

Penulis: Hermawan Kartajaya,Waizly Darwin
Editor: Edj
Artikel diakses tanggal 26 Oktober 2009 pukul 14.35
Review Article:

Pengambilan Keputusan Oleh Perusahaan Produsen Sepeda Motor Ducati

Berbagai Masalah yang dihadapi ducati sebelum tahun 1996 telah membuat produsen sepeda motor ini harus melakukan penjualan asetnya ke Texas Pacific Group. Sebelumnya kita haru melihat terlebih dahulu, masalah sperti apa yang dihadapi. Masalah dapat diartikan sebuah keadaan yang sebenarnya berbeda dari keadaan yang diinginkan. Seperti apa yang dikatakan oleh William Pounds bahwa proses menemukan masalah sering kali informal dan intuitif. William menjabarkan empat macam situasi yang biasanya memberi peringatan kepada manajer tentang kemungkinan adanya masalah yaitu:
1. Deviasi dari pengalaman masa lalu, berarti pola prestasi sebelumnya dalam organisasi terlampaui. Contohnya penjualan tahun ini jatuh di bawah tahun lalu; biaya tiba-tiba naik; jumah karyawan yang keluar naik.
2. Deviasi dari rencana yang ditetapkan. Berarti proyeksi atau harapan manajer tidak terpenuhi. Contohnya tingkat laba lebih rendah daripada yang diantisipasi; anggaran dari sebuah departemen kurang; sebuah proyek tidak sesuai jadwal.
3. Informasi dari orang lain. Contohnya adalah keluhan pelanggan.
4. Prestasi pesaing. Contohnya perusahaan lain lebih inovatif dan lebih unggul.
Dalam kasus Ducati ini, masalah ditemukan setelah mengetahui bahwa deviasi dari pengalaman masa lalu dan deviasi dari rencana yang ditetapkan yaitu pada kesulitan cash flow, banyak supplier yang tidak bisa dibayar, pengiriman barang ke konsumen tersendat bahkan tidak mampu lagi untuk dilaksanakan, menurunnya kualitas produk. Selain masalah pada deviasi dari rencana yang ditetapkan, Ducati juga mengalami masalah pada poin ke empat yaitu prestasi pesaing, pesaing Ducati dalam hal ini seperti produsen motor dari Jepang (Honda, Yamaha, Suzuki, Kawasaki), Eropa (BMW), dan amerika (Harley Davidson) jauh lebih unggul dibandingkan dengan Ducati. Jadi masalah yang dihadapi oleh perusahaan motor Ducati ini adalah pada deviasi dari rencana yang ditetapkan dan prestasi pesaingnya. Setelah ditemukan masalah, perusahaan motor ducati sangat kesulitan untuk keluar dari masalah tersebut sehingga pemilik perusahaan tersebut harus melakukan putar otak dalam mengambil keputusan untuk mempertahankan perusahaannya. Dan akhirnya menjual aset perusahaannya ke Texas Pacific Group, sebuah perusahaan private equity dari Amerika. Setelah TPG mengambil alih ducati, TPG langsung memanggil bekas konsultan McKinsey, Frederico Minoli untuk menempati posisi CEO. Dalam mengambil keputusan organisasi/perusahaan seperti yang dikatakan oleh Simon (1960) bahwa proses pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
Memperkenalkan empat aktivitas dalam proses pengambilan keputusan
• Intelligence: pengumpulan informasi untuk mengidentifikasikan masalah
• Design: tahap perancangan solusi dari alternatif yang disediakan
• Choice: tahap memilih dari solusi dan alternatif
• Implementation: tahap melaksanakan keputusan dan melaporkan hasilnya
Seorang manajer yang baik harus melakukan empat aktivitas tersebut dalam proses pengambilan keputusan. Frederico Minoli menganalisa masalah-masalah yang ada dan mengambil beberapa keputusan-keputusan manajemen yang nantinya akan berdampak besar terhadap perusahaan. Kepastian, resiko dan ketidakpastian harus diketahui Minoli dalam pengambilan keputusan. Keputusan yang diambil Minoli adalah:
• Pendekatan kepada fans Ducati
• Perluasan portofolio
• Pemangkasan jaringan distribusi
• Aktivitas branding
Tujuan Minoli adalah untuk mengambil kembali konsumen yang lari ke pesaing dan memperbesar basis konsumen yang ada. Langkah yang dilakukannya adalah merubah pemikiran dan pandangan tentang ducati dari logam bermekanik menuju ke entertainment dan experience. Dan terbukti setelah tahun 1997 Ducatisti mulai menjamah ke masyarakat. Langkah lain yang dilakukan adalah pembentukan Desmo Owners Club (DOC) oleh Ducati dan Ducatisti (fans Ducati) melalui club ini secara tidak langsung adalah mempromosikan produk dan memasarkan produk melalui Ducatisti.
Perluasan portofolio yang dilakukan Ducati adalah bukan hanya dengam meluncurkan model baru dan inovasi baru untuk mengalahkan pesaingnya, namun juga Ducati melakukan ekspansi dari produk motor ke produk lain yang berhubungan dengan sepeda motor seperti aksesori motor seperti jaket kulit, sarung tangan, sepatu, helm, t-shirt, topi dan lain sebagainya. Namun Ducati menyerahkan 85% biaya produksi dan logistik kepada pihak ketiga. Sehingga Ducati disini hanya fokus pada design, perakitan mesin dan motor dan quality test.
Pemangkasan jaringan distribusi dilakukan oleh Ducati dengan memangkas 165 dealernya menjadi 61 dealer. Sebagai langkah untuk mengatur ulang biaya. Menggantikan dealer yang hilang dengan internet. Pemasaran melalui online. Pengembangan jaringan juga dilakukan secara offline yaitu dengan cara menghubungkan Ducatisti, mengadakan acara agar anggotanya bisa melakukan balap motor antara satu dengan lainnya, mengunjungi pabrik Ducati dan museum Ducati.
Aktivitas Branding yang dilakukan oleh Ducati seperti berkolaborasi dengan brand lifestyle berkelas. Dan langkah lain yang dilakukan ducati sebagai aktivitas Branding dan pemasarannya adalah melakukan penempatan produk pada beberapa film box office seperti Matrix Reloaded, Blade II, dan sebagainya.
Setelah beberapa langkah dilakukan dalam proses mengambil keputusan untuk menyelesaikan masalah yang ada. Langkah terakhir yang harus dilakukan dalam proses pengambilan keputusan untuk menyelesaikan masalah adalah pelaporan. Di bawah kepemimpinan Minoli sejak tahun 1996 sampai dengan tahun 2001, Ducati telah membukukan berbagai prestasi yang luar biasa, diantaranya:
• Pertumbuhan setiap tahunnya di angka dua digit.
• Pertumbuhan perusahaan dari tahun ke tahun sebesar 25% (untuk unit motor), 31% (untuk revenue), dan 41% (untuk operating margin).
Keputusan yang diambil oleh Minoli merupakan keputusan tidak terprogram karena keputusan berkaitan dengan masalah yang tidak biasa. Berbeda dengan keputusan yang terprogram yaitu keputusan yang sudah menjadi prosedur yang harus dilakukan. Minoli mengkaji prestasi masa lampau dengan keadaan masa kini dan harapan pada masa depan ketika memutuskan sesuatu. Minoli sebagai CEO harus mampu memproyeksikan konsekuensi yang mungkin timbul dari keputusan yang diambil, dan minoli telah melakukan prosedur tersebut dan dengan cerdas mengeluarkan Ducati dari permasalahan. Terbukti bahwa Minoli berhasil dalam mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah.
Daftar Pustaka

1. Stoner, James A F, Freeman, E edward dan Gilbert Jr, Daniel R. Manajemen Jilid I edisi indonesia. Jakarta: PT Indeks, Gramedia grup, 1996
2. Daft, Richard L. Manajemen Edisi 6. Jakarta: Salemba Empat, 2007
3. Tisnawatie, Ernie dan Saeful, Kurniawan, Pengantar Manajemen. Jakarta: Kencana, 2008
4. http://bisniskeuangan.kompas.com/read/xml/2009/10/15/10202022/cerita.ducati.melakukan.pendekatan.komunal

Sosiologi ekonomi

Sosiologi Ekonomi: Sejarah Perkembangan Ekonomi Dunia

I. Definisi Sosiologi ekonomi
Menurut artinya sosiologi adalah ilmu pengetahuan mengenai interaksi antar manusia dan kelompok atau sebaliknya, hubungan timbal-baliknya, kondisi dan berbagai konsekuensi-konsekuensinya. Sedangkan lingkup sosiologi ekonomi adalah berhubungan dengan setiap aspek kehidupan manusia dalam bermasyarakat; semua usaha produktif manusia untuk mempertahankan diri; aturan dan undang-undang yang mengatur hubungan manusia satu sama lain; sistem ilmu pengetahuan dan kepercayaan (agama); seni dan moral dan kapasitas-kapasitas lainnya; dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dan berkembang dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat. Sedangkan lingkup sosiologi ekonomi adalah harus berhubungan dengan spesialisasinya, seperti sejarah, komparatif hukum dalam kehidupan sosial, dan dengan disiplin yang lebih umum, seperti biologi dan psikologi. Dan objeknya menentukan hubungan dari fakta-fakta sosial secara keseluruhan, dan itu mencakup semua hasil kegiatan ekonomi yang tidak bisa dicapai oleh disiplin ilmu khusus. Sosiologi ekonomi mencakup teori ekonomi, gejala kemasyarakatan, dan nilai kemasyarakatan. Esensi dari sosiologi ekonomi adalah peristiwa kemasyarakatan dibahas apa yang menjadi penyebabnya dilihat dari perspektif sosiologi, dan apa yang melatarbelakangi peristiwa kemasyarakatan tersebut. Masalah-masalah ekonomi yang terjadi di dalam kehidupan di lihat dari sudut pandang sosiologi, kalau di dalam ekonomi murni bahwa tindakan ekonomi seseorang dibagi menjadi dua yaitu tindakan ekonomi irasional dan tindakan ekonomi rasional. Namun dan motif ekonomi dapat dibagi menjadi dua yaitu motif dari dalam dan motif dari luar. Namun dalam sosiologi ekonomi terdapat motif-motif yang lain contohnya motif kekuasaan (Karl marx pernah meramalkan bahwa semua pemilik modal memiliki kekuasaan di dunia) dan motif sosial. Sosiologi ekonomi juga dapat diartikan sebagai bertemunya konsep sosiologi dan ekonomi. Contoh kasus yang dilihat dari segi sosiologi ekonomi adalah bahwa banyaknya sekolah swasta yang mahal namun banyak juga yang berminat masuk ke dalam sekolah itu. Hal ini bukan menunjukkan bahwa perekonomian meningkat, namun ada motif sosial di balik semuanya itu.
Motif sosial bisa terbentuk dari beberapa hal yaitu:
1. Asimilasi, merupakan pencampuran dua nilai budaya dalam suatu tempat. asimilasi dibagi menjadi asimilasi bahasa dan asimilasi sosial.
2. Akulturasi, yaitu benturan nilai-nilai budaya
3. Kooperasi, yaitu berbagai macam etnis dan budaya yang hidup berdampingan dalam suatu wilayah contohnya adalah singkawang yang terdiri dari etnis tionghoa dan melayu.
Motif sosial dipengaruhi oleh integrasi sosial, struktur sosial, status sosial. Secara ekstrim, masyarakat di dalam sosiologi ekonomi dibagi menjadi dua yaitu masyarakat kapitalis dan masyarakat sosialis/marxist walapun ada juga banyak macam masyarakat. Namun untuk memudahkan analisis di dalam sosiologi ekonomi maka dua aliran itulah yang dijadikan bahan analisis.

II. Kapitalisme.
pada abad ke 14 adalah puncak kematian rasional, bisa disebut juga masa kegelapan atau abad kegelapan. Pada zaman ini atau bisa kita sebut zaman skolastik. Pada zaman skolastik menganggap bahwa orang yang mengerti tentang agama adalah orang yang tahu segala-galanya. Tidak ada yang dapat menyanggah apa yang telah diputuskan oleh pemuka-pemuka agama. Berawal dari semangat liberalisme. Yang merupakan akibat dari zaman skolastikatau zaman kegelapan. Liberalisme adalah paham yang meyakini bahwa kebebasan adalah hak manusia sejak lahir. Paham ini menimbulkan suatu gerakan yaitu gerakan individualisme dalam bidang ekonomi dan memunculkan paham kapitalisme. Kapitalisme adalah sistem perekonomian yang menekankan peran kapital (modal), yakni kekayaan dalam segala jenisnya, termasuk barang-barang yang digunakan dalam produksi barang lainnya (Bagus, 1996). Ebenstein (1990) menyebut kapitalisme sebagai sistem sosial yang menyeluruh, lebih dari sekedar sistem perekonomian. Ia mengaitkan perkembangan kapitalisme sebagai bagian dari gerakan individualisme. Sedangkan Hayek (1978) memandang kapitalisme sebagai perwujudan liberalisme dalam ekonomi. Ekonom seperti Friedrich von Hayek (1899-1992) dan Milton Friedman (1912-2006) kembali mengulangi argumentasi klasik yang pernah dikemukakan oleh bapak ekonomi sekaligus pelopor ekonomi Kapitalisme, Adam Smith (1723-1790), dan John Stuart Mill (1806-1873), yang mengatakan bahwa masyarakat pasar kapitalis adalah masyarakat yang bebas dan masyarakat yang produktif. Kapitalisme bekerja menghasilkan kedinamisan, kesempatan, dan kompetisi. Kepentingan dan keuntungan pribadi adalah motor penggerak yang mendorong masyarakat bergerak maju (dinamis). Masyarakat kapitalistik, secara akademis konsep ini muncul di abad ke 14 sampai dengan abad ke 17. puncak masyarakat kapitalistik adalah pada abad ke 17 yaitu pada abad ini terjadi abad pencerahan/ abad rasional yang kita sebut pencerahan kembali (renaissance). pada abad ke 14 adalah puncak kematian rasional, bisa disebut juga masa kegelapan atau abad kegelapan. Pada zaman ini atau bisa kita sebut zaman skolastik. Pada zaman skolastik menganggap bahwa orang yang mengerti tentang agama adalah orang yang tahu segala-galanya. Tidak ada yang dapat menyanggah apa yang telah diputuskan oleh pemuka-pemuka agama. Ciri masyarakat kapitalisme (lama) adalah:
1. Individualis
2. Laissez faire (biarlah berbuat)
3. Peran pemerintah dikurangi
John Stuart Mill adalah pencetus kapitalisme klasik. Kapitalisme yang sejalan dengan pemikiran liberalisme ternyata tidak selamanya berjalan dengan baik. J.M. Keynes berpendapat bahwa perekonomian pasar bebas/liberalisme dapat menimbulkan keresahan sosial dan ketidakstabilan sosial. Maka muncullah sebuah prinsip yang disebut Welfare state yaitu dimana menganggap bahwa setiap individu, masing masing individu berhak memiliki standard hidup minimal dan pemerintah disini mempunyai peran untuk menyediakan lapangan kerja yang artinya pemerintah bertanggung jawab atas rakyat dalam penyediaan lapangan kerja. Buah pikir J.M. Keynes yang berpendapat bahwa perekonomian pasar bebas akan menimbulkan keresahan sosial ini dikritik oleh beberapa aliran yaitu aliran new left, new right, neo Marxist. Aliran new left adalah aliran yang selalu ada pada Negara-negara berkembang yaitu menolak kapitalisme namun tidak sependapat dengan aliran Marxist. Alliran new right adalah sekumpulan sarjana-sarjana ekonomi yang lebih mengarah atau lebih berat kepada aliran klasik. Sedangkan aliran neo marxist adalah sebenarnya aliran yang tidak setuju kepada komunis. Berawal dari aliran neo marxist ini, timbullah sebuah yang dinamakan teori ketergantungan.
Kapitalisme dibagi menjadi dua yaitu kapitalisme klasik dan kapitalisme modern. Ciri masyarakat kapitalisme klasik seperti yang sudah disampaikan di atas tadi adalah individualisme, laissez faire, dan peran pemerintah dikurangi.

III. Marxist/ Sosialisme.
Bermula dari seorang filosof bernama Karl Marx. Karl Marx adalah orang yang menentang paham sistem ekonomi kapitalis atau yang di sebut kapitalisme. Marx berpendapat bahwa kapitalisme adalah sistem ekonomi yang hanya mementingkan akumulasi modal melalui penciptaan nilai-lebih yang dihasilkan oleh sarana produksi dan tenaga kerja yang dikuasai sepenuhnya oleh satu atau beberapa orang. Marx berpendapat bahwa seorang buruh yang bekerja pada suatu perusahaan tidak mengerti kalau mereka dijadikan sebuah modal bagi perusahaan. Kehidupan tenaga kerja adalah untuk perusahaan. Kapitalisme menurut Marx adalah exploitasi untuk kpentingan satu orang atau kumpulan orang. Teori Marx yang lain adalah mengenai orang terasing/alienasi, yaitu sebuat teori yang mengatakan bahwa seorang buruh tidak dapat menikmati dari apa yang telah mereka kerjakan. Secara nyata dapat digambarkan sebagai berikut. katakanlah harga sebuah televisi 24 inch di pasaran berkisar 1 sampai 2 juta. Dalam proses pembuatannya, bisa diperkirakan bahwa telah terjadi akumulasi kapital yang sudah dihitung oleh si pemiliki modal; misalnya berapa harga produksi, berapa ongkos pengerjaannya, berapa lama ia dikerjakan, dan berapa ongkos promosinya, dan seterusnya. Semua ini terakumulasi ke dalam modal kerja. Buruh yang mengerjakan televisi tersebut katakanlah dibayar 1 juta perbulan. Akan tetapi, si buruh ini tentunya telah menghabiskan waktu setidaknya 10 jam sehari dan enam hari seminggu dalam pengerjaannya. Di sini dapat dilihat bahwa harga televisi tersebut di pasaran telah jauh lebih mahal dari upah si buruh jika dibandingkan waktu dan tenaga yang ia habiskan untuk membuat barang tersebut. Maka, si buruh ini telah terasing dari hasil pekerjaannya alias barang yang ia hasilkan lebih mahal dari “harga” dirinya sebagai pekerja. Inilah yang dimaksud dengan orang terasing/ alliensi. Marx menulis, “Nilai si pekerja sebagai modal naik berkesesuaian dengan permintaan dan persediaan, dan bahkan secara fisikal, keberadaannya, hidupnya, adalah dan dipandang sebagai suatu persediaan suatu barang dagangan seperti barang dagangan lainnya. Si pekerja itu memproduksi modal, modal memproduksi dirinya (si pekerja) karenanya ia memproduksi dirinya sendiri, dan manusia sebagai pekerja, sebagai suatu barang dagangan, adalah produk dari siklus ini. Bagi manusia yang cuma seorang pekerja belaka dan baginya sebagai seorang pekerja kualitas-kualitas kemanusiaannya hanya ada sejauh itu berada (eksis) bagi modal yang asing (alien) baginya”. Dalam pandangan Marx, buruh atau pekerja nilai kediriannya tidak lebih dari nilai sebuah barang dagangan di mata kapitalis.

IV. Kapitalisme Modern.
Berawal dari Kritik Marx tentang kapitalisme maka muncullah sebuah paham baru yaitu kapitalisme modern yang sifatnya lebih humanis atau lebih manusiawi. Tidak mengeksploitasi manusia sebagai modal seperti pada paham kapitalisme klasik. Kapitalisme modern dapat kita lihat pada zaman sekarang. Salah satu perbedaan dengan kapitalisme klasik adalah pada peran pemerintah. Pada waktu zaman kapitalisme klasik peran pemerintah dikurangi dan dibatasi, pemerintah tidak berhak kepada apa yang dilakukan pemilik modal. Roda perekonomian diserahkan kepada industri atau pemilik modal. Namun sekarang peran pemerintah adalah yaitu mengatur jalannya roda perekonomian. Jalannya roda perekonomian tidak begitu saja diserahkan kepada pemilik modal. Pemerintah juga memberi perhatian kepada kesehatan, keamanan, dan hak asasi manusia (HAM). Inilah yang disebut dengan kapitalisme modern. Kapitalisme yang sifatnya lebih manusiawi.

V. Komunisme.
Paham Marx yang sosialis justru menciptakan paham baru yaitu komunis. revolusi sosialis yang pernah dicita-citakan Marx adalah sebagai batu loncatan menuju masyarakat komunal (masyarakat komunis). Paham komunis tidak pernah terjadi di negara-negara industri, seperti di Eropa Barat dan Amerika. Sebaliknya, analisis ekonomi-politik Marx kemudian hanya menjadi sebentuk ideologi yang melahirkan rezim otoritarianisme yang kita kenal kejam. kekejamannya melebihi kekejaman kapitalisme seperti misalnya yang terjadi pada Lenin, Stalin, dan Mao Tse Tung.

VI. Perkembangan Sejarah Ekonomi.
Dari apa yang telah diuraikan diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa sosiologi ekonomi meliputi unsur manusia, interaksi, dan masyarakat. Sosiologi ekonomi berhubungan erat dengan filosofi, dimana filosofi merupakan sebuah aplikasi dari etika pada masalah organisasi sosial dan perkembangan sosial. Perkembangan yang bermula dari abad ke 14 dimana terjadi puncak kematian rasional dan memulai abad baru yang kita sebut sebagai abad pencerahan. Namun di dalam perjalanannya kita dapat melihat berapa banyak perkembangan yang terjadi yang dapat dianalisis menurut sudut pandang sosiologi ekonomi. Seperti yang telah diungkapkan di bagian awal tadi bahwa objek sosiologi ekonomi adalah menentukan hubungan dari fakta-fakta sosial secara keseluruhan, dan itu mencakup semua hasil kegiatan ekonomi yang tidak bisa dicapai oleh disiplin ilmu khusus.













Daftar Pustaka

http://indonesiafile.com/content/view/506/45/
http://media.isnet.org/islam/Etc/Kapitalisme.html
http://alasygar.wordpress.com/2009/03/29/kapitalisme-klasik-dan-kapitalisme-mutakhir/
sosiologi ekonomi.ppt, maryunani


Sabtu, 24 Oktober 2009

Hubungan Atasan Dengan Bawahan Menurut Pandangan Kristen

Aturan dan Hubungan Atasan Dengan Bawahan.

Dalam kehidupan sehari-hari pekerjaan sering kita temui hubungan antara atasan dengan bawahan dimana atasan merupakan pembuat keputusan atau kebijakan, sedangkan bawahan merupakan pelaksana keputusan atau kebijakan. Struktur organisasi dari yang paling tinggi hingga yang paling rendah telah diatur sedemikian rupa, pembagian pekerjaan, deskripsi pekerjaan masing-masing bagian pun telah diatur, supaya terjadi sebuah keselarasan dalam organisasi. Untuk kebutuhan organisasi segala keputusan yang telah diambil harus dilaksanakan oleh masing masing struktur organisasi tersebut supaya organisasi dapat berjalan dengan baik, peraturan pun dibuat sebagai batasan-batasan dalam pelaksanaan tujuan organisasi, namun tidak jarang kita menyaksikan penyimpangan penyimpangan yang terjadi di dalam struktur organisasi.

Atasan Memerintahkan Bawahan Melaksanakan.

Contoh kasus penyimpangan adalah dalam hal pelaporan keuangan di Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara khususnya pada seksi Bendahara Umum yang menatausahakan penerimaan pajak/ bukan pajak yang diterima oleh bank persepsi dan pengeluaran-pengeluaran instansi pemerintah melalui KPPN. Bahwa setiap harinya harus dilaporkan apa yang menjadi tanggung jawabnya melaporkan berapa jumlah uang yang masuk ke Kas Negara dan berapa jumlah uang yang keluar melalui KPPN. Namun terkadang ada kesalahan yang diperbuat oleh bank yaitu salah melaporkan sehingga uang fisik yang disetor tidak cocok dengan yang seharusnya disetor. Dikarenakan pos yang tidak sesuai dengan apa yang seharusnya. Untuk memperbaiki kesalahan tersebut sebenarnya sudah ada aturan yang mengaturnya, tapi dikarenakan untuk mengejar waktu pelaporan yang harus selesai satu hari tersebut, terkadang Kepala seksi atau atasan kita mengambil jalan pintas yaitu dengan mengubah menurut yang seharusnya, padahal kenyataannya tidak seperti itu. Jadi yang dilaporkan adalah yang baik, padahal sebetulnya tidak seperti itu kenyataannya. Kita sebagai bawahan sebenarnya sudah mengetahui kalau prosedurnya bukan seperti itu, namun karena atasan berkebijakan seperti itu, mau tidak mau kita sebagai bawahan harus mengikutinya. Sebetulnya apakah tindakan tersebut benar atau tidak benar kita dapat mencari jawabannya dalam Alkitab.

Pemerintah Adalah Wakil Allah Di Dunia

Dalam surat Roma Pasalnya yang ke 13 tentang kepatuhan kepada pemerintah, dapat kita simpulkan seperti ini, bahwa setiap pemerintahan yang sah berasal dari Tuhan. Sebagai orang yang percaya kita tidak boleh melawan, namun kenyataannya memang tidak ada pemerintahan yang sempurna, bahkan tidak sedikit yang salah dan jahat. Namun tunduk kepada pemerintah disini bukan berarti tunduk seperti halnya kita tunduk kepada Tuhan, tetapi tunduk karena ketetapan pemerintah adalah ketetapan dari Tuhan. Hal membayar pajak, cukai, dan segala kewajiban untuk pemerintah harus kita laksanakan. Kita tetap tunduk kepada pemerintah namun tunduk secara pasif dan kita tetap harus tunduk dan taat Kepada Tuhan. Dalam pemerintahan manusia terkadang ada pejabat yang mementingkan kepentingannya sendiri. Peraturan telah dibuat sebagai aturan main pelaksanaan pemerintahan, oknum yang seperti ini harus dihindarkan. Contoh lain dari Alkitab adalah pada kitab Daniel pasalnya yang ke 3 yaitu disana diceritakan bahwa sadrakh, mesakh dan abednego diperintahkan oleh raja Nebukadnezar untuk sujud menyembah berhala. Namun apa yang mereka lakukan, yang mereka lakukan adalah mereka tidak taat kepada pemerintah yaitu raja Nebukadnezar dan akhirnya mereka dihukum dengan dimasukkan ke dalam perapian yang menyala-nyala. Dan yang terjadi adalah mereka tidak mengalami luka, namun para menteri raja Nebukadnezar melihat bahwa mereka tidak terluka dan mereka berjalan bukan 3 orang di dalam api namun 4 orang. Karena ketaatannya kepada Allah, sadrakh, mesakh, dan abednego selamat dari perapian yang menyala-nyala. Disini dapat kita simpulkan sebagai berikut, kita sebut saja bahwa raja Nebukadnezar menggunakan kekuasaannya untuk memerintahkan kepada rakyatnya menyembah berhala, akan tetapi sadrakh, mesakh, dan abednego menjadi terang diantara bangsa babel. Sehingga raja Nebukadnezar memuji Allahnya sadrakh, mesakh, dan abednego dan memerintahkan supaya rakyatnya jangan melakukan penghinaan terhadap Allah.

Menjadi Garam dan Terang Dalam Pekerjaan

Dalam kasus pelanggaran aturan seperti yang diungkapkan di atas tadi, menunjukkan bahwa sebenarnya peraturannya sudah benar, namun pelaksanaannya oleh kepala seksi dalam hal ini merupakan perwakilan dari pemerintah yang dimandatkan telah salah dalam melakukan tugasnya, sebagai bawahan seharusnya tetap tunduk kepada peraturan bukan tunduk kepada atasan kita tersebut dan berusaha meyakinkan atasan kita untuk melakukan hal yang benar. Jika terjadi seperti hal di atas, maka yang namanya kesalahan pasti akan terungkap. Ternyata benar setelah beberapa waktu berlalu, pemeriksaan pun dilakukan oleh pihak yang berwenang dalam hal ini verifikator. Verifikator memeriksa dan menemukan suatu kejanggalan, sebenarnya kejanggalan tersebut tidak terlihat jika memeriksanya perhari, namun jika memeriksa secara keseluruhan maka akan terlihat sebuah kejanggalan. Pangkal dari kejanggalan tersebut adalah pada kasus diatas. Dengan pengalaman ini, kita sebagai bawahan, sekarang dapat dengan yakin bertindak jika sesuai dengan perintah Tuhan dalam hal ini peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah. Kita tidak perlu mematuhi atasan kita kalau kita mengetahui bahwa itu adalah salah. Dalam hal ini kita dapat menjadi terang dalam pekerjaan kita, menunjukkan jalan yang benar bagi yang salah, supaya hal-hal yang negatif, hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi.

Kesimpulan

Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa memang benar kalau pemerintah merupakan wakil Allah di dunia. Kita harus tunduk kepada Allah dengan jalan tunduk kepada pemerintah dan aturan-aturan yang berlaku. Namun kita jangan tunduk kepada oknum dalam pemerintahan yang salah. Kita tunduk secara pasif kepada pemerintah dan tunduk secara aktif kepada Allah. Dalam kehidupan pekerjaan sehari-hari kita dapat mejadikannya alat untuk mengajarkan kasih terhadap sesama, seperti apa yang diajarkan Yesus kepada kita semua.


Daftar Pustaka

http://www.ladangtuhan.com/komunitas/index.php?topic=9861.0;wap2

pengantar manajemen pengambilan keputusan

BAB I
Pendahuluan

1.1. Latar Belakang Masalah
Manajemen adalah kebiasaan yang dilakukan secara sadar dan terus menerus membentuk organisasi formal, dan seni membuat keputusan merupakan pusat melakukan hal itu. Mengidentifikasi dan memilih serangkaian tindakan untuk menghadapi masalah tertentu atau mengambil keuntungan dari suatu kesempatan adalah bagian penting dari pekerjaan setiap manajer hal ini merupakan pengambilan keputusan. Dalam manajemen, pengambilan keputusan merupakan hal yang sangat penting, suatu keputusan bisa mempengaruhi masa depan suatu organisasi. Informasi dalam kasus ini sangat penting sebagai dasar pengambilan keputusan mereka, oleh karena itu Sistem informasi mempunyai peranan yang penting dalam menyediakan informasi untuk manajemen setiap tingkatan. Tiap-tiap kegiatan dan keputusan manajemen yang berbeda membutuhkan informasi yang berbeda pula. Oleh karena itu untuk dapat menyediakan informasi yg relevan dan berguna bagi manajemen, maka pengembang sistem informasi harus memahami terlebih dahulu kegiatan yang dilakukan oleh manajemen dan tipe keputusannya.

1.2. Batasan Masalah
Dalam makalah yang berjudul Pengambilan Keputusan ini penulis hanya akan membahas mengenai komponen pendukung pengambilan keputusan, sistem informasi yang dibutuhkan,model dan langkah pengambilan keputusan .Adapun kegiatan manajemen dikategorikan sebagai berikut:
1.Proses evaluasi lingkungan luar organisasi
Lingkungan luar dapat mempengaruhi jalannya organisasi, oleh karena itu manajemen tingkat atas harus pandai mengevaluasinya, harus dapat bereaksi terhadap kesempatan-kesempatan yang diberikan oleh lingkungan luar, misal produk baru, pasar baru. Selain itu manajemen tingkat atas harus tanggap terhadap tekanan-tekanan dari lingkungan luar yang merugikan organisasi dan sedapat mungkin mengubah tekanan menjadi kesempatan. Waktu dan hubungan manusia merupakan elemen yang amat penting dalam proses pembuatan keputusan. Menghubungkan keadaan masa kini dengan tindakan yang akan diambil organisasi ke dalam masa depan. Pengambilan keputusan juga menggunakan masa lalu. Tujuan untuk masa depan sebagian didasarkan pada pengalaman masa lalu. Seorang manajer tidak akan membuat keputusan terpisah. Keputusan yang diambil harus baik di dalam dan diluar organisasi, karena keputusan yang diambil juga tidak hanya mempengaruhi untuk bisnis tetapi juga berkaitan dengan reputasi dan kehormatan.
2.Penetapan tujuan
Apa yg igin dicapai oleh organisasi berdasarkan visi yang dimiliki oleh manajemen. Misalnya tujuan perusahaan adalah dalam waktu lima tahun menjadi penjual terbesar di dalam industri dengan menguasai 60% pasar.
3.Penentuan strategi
Manajemen tingkat atas menentukan tindakan-tindakan yang harus dilakukan oleh organisasi dengan maksud untuk mencapai tujuan-tujuannya. Dengan strategi semua kemampuan yang berupa sumber-sumber daya dikerahkan supaya tujuan organisasi dapat diraih .
BAB II
Pembahasan

2.1. Sistem informasi dalam manajemen
Sistem untuk meyakinkan bahwa organisasi telah menjalankan strategi yg sudah ditetapkan secara efektif dan efisien adalah pengendalian manajemen. Ini merupakan tingkatan taktik, yaitu bagaimana manajemen tingkat menengah menjalankan taktik supaya perencanaan strategi dapat dilakukan dengan berhasil. Taktik yang dijalankan biasanya bersifat jangka pendek kurang lebih dalam kurun waktu satu tahun. Proses pengendalian manajemen terdiri dari pembuatan program kerja, penyusunan anggaran, pelaksanaan dan pengukuran, pelaporan dan analisis. Pengendalian operasi merupakan sistem untuk meyakinkan bahwa tiap-tiap tugas tertentu telah dilaksanakan secara efektif dan efisien. Ini merupakan penerapan program yang telah ditetapkan di pengendalian manajemen. Pengendalian operasi dilakukan dibawah pedoman proses pengendalian manajemen dan difokuskan pada tugas-tugas tingkat bawah.
Sistem informasi sekarang peranannya tidak hanya sebagai pengumpul data dan mengolahnya menjadi informasi berupa laporan-laporan keuangan saja, tetapi mempunyai peranan yang lebih penting di dalam menyediakan informasi bagi manajemen untuk fungsi-fungsi perencanaan, alokasi-alokasi sumber daya, pengukuran dan pengendalian. Laporan-laporan dari sistem informasi memberikan informasi kepada manajemen mengenai permasalahan-permasalahan yang terjadi didalam organisasi untuk menjadi bukti yang berguna dalam menentukan tindakan yang diambil. Sistem informasi menyediakan tiga macam tipe informasi yaitu:
 Informasi pengumpulan data (Scorekeeping information): informasi yang berupa akumulasi atau pengumpulan data untuk menjawab pertanyaan. Berguna bagi manajer bawah untuk mengevaluasi kinerja personil-personilnya.
 Informasi pengarahan perhatian (attention directing information): membantu manajemen memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang menyimpang, ketidakberesan. Informasi ini membantu manajemen menengah untuk melihat penyimpangan-penyimpangan yang Iterjadi.
 Informasi pemecahan masalah (Problem Solving information): informasi untuk membantu para manajer atas mengambil keputusan memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
Problem solving biasanya dihubungkan dengan keputusan yang tidak berulang-ulang serta situasi yang membutuhkan analisis yang dilakukan oleh manajemen tingkat atas. Untuk mendukung keputusan yang akan dilakukan oleh manajemen, maka manajemen membutuhkan informasi yang berguna. Untuk tiap-tiap tingkatan manajemen dengan kegiatan yang berbeda-beda, dibutuhkan informasi yang berbeda-beda pula, hal ini yang disebut karakteristik informasi. Karakteristik informasi ini antara lain :
 Kepadatan Informasi: untuk manajemen tingkat bawah, karakteristik informasinya adalah terperinci (detail) dan kurang padat, karena terutama digunakan untuk pengendalian operasi. Sedang untuk manajemen yang lebih tinggi tingkatannya, mempunyai karakteristik informasi yang semakin tersaring (terfilter), lebih ringkas dan padat.
 Luas Informasi: untuk manjemen tingkat bawah, karakteristik informasinya adalah terfokus pada suatu masalah tertentu, karena digunakan oleh manajer bawah yang mempunyai tugas yang khusus. Untuk manajer tingkat tinggi, karakteristik ini yang semakin luas, karena manajemen atas berhubungan dengan masalah yg luas.
 Frekuensi informasi: untuk manajemen tingkat bawah frekuensi informasi yang diterimanya adalah rutin, karena digunakan oleh manajer bawah yang mempunyai tugas yang terstruktur dengan pola yang berulang-ulang dari waktu ke waktu. Manajemen tingkat tinggi, frekuensi informasinya adalah tidak rutin atau adhoc (mendadak), karena manajemen atas berhubungan dengan pengambilan keputusan tidak terstruktur yang pola dan waktunya tidak jelas.
 Waktu Informasi: untuk manajemen tingkat bawah informasi yang dibutuhkan adalah informasi historis, karena digunakan oleh manajer bawah di dalam pengendalian operasi yang memeriksa tugas-tugas rutin yang sudah terjadi. Untuk manajemen tingkat tinggi, waktu informasi lebih ke masa depan berupa informasi prediksi karena digunakan untuk pengambilan keputusan strategik yang menyangkut nilai masa depan.
 Akses Informasi: manajemen level bawah membutuhkan informasi yang periodenya berulang-ulang, sehingga dapat disediakan oleh bagian sistem informasi yang memberikan dalam bentuk laporan periodik. Dengan demikian akses informasi tidak dapat secara on line, tetapi dapat secara off line. Sebaliknya untuk level lebih tinggi, periode inforamsai yg dibutuhkan tidak jelas, sehingga manajer-manajer tingkat atas perlu disediakan akses on line untuk mengambil informasi kapan saja mereka membutuhkan.
 Sumber Informasi: karena manajemen tingkat bawah lebih berfokus pada pengendalian internal perusahaan, maka manajer-manajer tingkat bawah lebih membutuhkan informasi dengan data yang bersumber dari internal perusahaan sendiri, tetapi manajer tingkat atas lebih berorientasi pada masalah perencanaan strategik yang berhubungan dengan lingkungan luar perusahaan, sehingga membutuhkan informasi dengan data yang bersumber pada eksternal perusahaan.

Masalah yang berbeda membutuhkan tipe pembuatan keputusan yang berbeda pula. Pengambilan keputusan merupakan proses identifikasi permasalahan dan peluang, kemudian menyelesaikannya. Keputusan manajemen umumnya dibagi dalam dua kategori:
 Keputusan terprogram meliputi situasi yang timbul cukup sering untuk membuat aturan pengambilan keputusan dikembangkan dan diaplikasikan di masa depan.keputusan terprogram dibuat sebagai respon terhadap permasalahan yang timbul di organisasi. Sebagai contoh: keputusan memesan kembali kertas dan perlengkapan kantor lainnya saat persediaan menurun merupakan keputusan terprogram.
 Keputusan tidak terprogram diambil sebagai respon dari situasi yang unik, tidak terjelaskan dengan baik dan sebagian besar tidak terstruktur, dan memiliki konsekuensi penting bagi organisasi. Banyak keputusan tidak terprogram melibatkan perencanaan strategis, karena ketidakpastiannya tinggi dan keputusan bersifat kompleks. Contohnya adalah keputusan untuk membangun pabrik baru, mengembangkan produk atau layanan baru.
Perbedaan utama antara keputusan terprogram dan tidak terprogram berkaitan dengan tingkat kepastian dan ketidakpastian yang dihadapi manajer dalam mengambil keputusan. Kepastian berarti seluruh informasi yang dibutuhkan pengambil keputusan tersedia. Manajer mempunyai informasi dalam kondisi operasi, biaya atau batasan sumber daya.

2.2. Model Pengambilan Keputusan

Pendekatan yang digunakan manajer untuk mengambil keputusan dibagi dalam tiga jenis yaitu model klasik, administratif, dan politis. Model klasik dari pengambilan keputusan didasarakan pada asumsi ekonomi. Model ini timbul pada literatur manajemen karena manajer diharapkan untuk mengambil keputusan yang rasional secara ekonomis dan kepentingan ekonomi terbaik organisasi. Model klasik dari pengambilan keputusan dipertimbangkan sebagai hal normatif yang berarti model ini mendefinisikan bagaimana pengambil keputusan sebaiknya membuat keputusan.
Model administratif dari pengambilan keputusan menggambarkan bagaimana manajer sesungguhnya membuat keputusan di situasi yang sulit, seperti yang dikarakteristikkan oleh keputusan tidak terprogram, ketidakpastian, dan ambiguitas, Banyak keputusan manajemen tidak cukup terprogram untuk membantu mereka dalam kuantifikasi dalam bentuk apapun. manajer tidak mampu membuat keputusan ekonomi yang rasional bahkan jika mereka menginginkannya.
Model administratif dari pengambilan keputusan didasarkan oleh teori Herbert A. Simon mengusulkan dua konsep yang instrumental dalam pembentukan model administratif: rasionalitas terbatas dan pemenuhan/memadai.
Model administratif dianggap sebagai deskriptif berarti bahwa model ini menjelaskan bagaimana manajer sesungguhnya mengambil keputusan dalam situasi yang kompleks dibandingkan dengan mendikte bagaimana mereka seharusnya mengambil keputusan menurut kondisi ideal dan teoritis.
Aspek lain dari pengambilan keputuusan administratif adalah intuisi. Intuisi melambangkan penggambaran singkat dari situasi sebuah keputusan berdasarkan pengalaman masa lalu namun tanpa pikiran yang sadar. Pengambilan keputusan intuitif bukannya berubah-ubah atau tidak masuk akal, karena didasarkan pada praktik bertahun-tahun dan pengalaman langsung yang membuat manajer dapat dengan cepat mengidentifikasi solusi tanpa harus melalui perhitungan yang melelahkan.
Model politis dari pengambilan keputusan berguna dalam pembuatan keputusan tidak terprogram ketika kondisi tidak pasti, informasi terbatas, dan terdapat ketidaksepakatan antara manajer tentang tujuan mana yang harus dicapai atau arah tindakan apa yang harus diambil. Manajer sering terlibat dalam pembentukan koalisi untuk membuat keputusan organisasi yang kompleks. Koalisi merupakan pembentukan aliansi informal diantara manajer yang memiliki tujuan tertentu. Tanpa koalisi, individu atau kelompok yang kuat dapat mengganggu proses pengambilan keputusan. Koalisi memberi sejumlah manajer kesempatan untuk berkontribusi pada pengambilan keputusan, meningkatkan komitmen mereka pada alternatif yang akhirnya akan digunakan.

2.3. Masalah dan Peluang Menemukan

Pembuatan keputusan berhubungan dengan masalah. Suatu masalah muncul kalau keadaan sebenarnya berbeda dari keadaan yang diinginkan. Dalam banyak hal, suatu masalah mungkin adalah peluang yang tersembunyi. Masalah yang dikeluhkan pelanggan mengenai lambatnya penyerahan barang pesanan, misalnya, dapat juga dilihat sebagai suatu kesempatan untuk mendesain ulang proses produksi dan pelayanan kepada pelanggan. Karena manajer menghadapi banyak masalah dan kesempatan. William Pounds mengatakan bahwa proses menemukan masalah sering kali informal dan intuitif. Empat macam situasi biasanya memberi peringatan kepada manajer tentang kemungkinan adanya masalah yaitu:
 Deviasi dari pengalaman masa lalu berarti pola prestasi sebelumnya dalam organisasi terlampaui. Penjualan tahun ini jatuh di bawah tahun lalu; biaya tiba tiba naik; jumlah karyawan yang keluar naik. Peristiwa seperti ini memberikan sinyal kepada manajer bahwa ada masalh yang telah berkembang.
 Deviasi dari rencana yang ditetapkan berarti proyeksi atau harapan manajer tidak terpenuhi. Tingkat laba lebih rendah daripada yang diantisipasi; anggaran dari sebuah departemen kurang; sebuah proyek tidak sesuai dengan jadwal. Peristiwa seperti itu memberi tahu manajer bahwa ada yang harus dilakukan untuk mengembalikan rencana ke jalur semula.
 Orang lain sering kali memberi tahu masalah kepada manajer. Pelanggan mengeluh mengenai keterlambatan penyerahan barang; manajer dari tingkat yang lebih tinggi menentukan standar prestasi yang baru untuk departemen manajer bersangkutan; karyawan mengundurkan diri. Banyak keputusan yang sehari-hari dibuat oleh manajer menyangkut masalah yang disebabkan oleh orang lain.
 Prestasi pesaing dapat juga menciptakan situasi pemecahan masalah. Kalau perusahaan lain mengembangkan proses baru atau ada perbaikan dalam prosedur pengoperasian, manajer mungkin harus mengevaluasi ulang proses atau prosedur dalam organisasinya.
Para manajer yang waspada sering kali menyadari ada masalah cukup dini. Suatu penelitian oleh Marjorie A. Lyles dan Ian I. Mitroff memasukkan data sejarah kasus manajer tingkat tinggi dari organisasi besar. Delapan puluh persen dari para manajer ini berkata mereka telah menyadari adanya masalah besar sebelum masalah itu muncul dalam laporan keuangan atau dalam bentuk indikator formal yang lain dan bahkan sebelum masalah itu dilaporkan kepada mereka oleh orang lain. “komunikasi informal dan intuisi” menjadi sumber informasi mereka. Menemukan masalah tidak selalu langsung. Sara Kiesler dan Lee Sproull menunjukkan beberapa kesalahan paling umum yang dibuat manajer dalam merasakan masalah. Mereka menguraikan tiga kategori umum mengenai jebakan yang sering dijumpai ioleh manajer: peristiwa yang berkaitan dengan asosiasi yang salah, peristiwa yang berkaitan dengan harapan yang keliru, serta persepsi diri yang keliru dan citra sosial.
Kesempatan yang dilewatkan dapat menciptakan masalah bagi organisasi, dan kesempatan sering kali ditemukan sementara mendalami masalah. David B. Gleicher mendifinisikan suatu masalah sebagai sesuatu yang membahayakan kemampuan organisasi untuk mencaai tujuannya, dan suatu kesempatan adalah sesuatu yang menawarkan tantangan untuk mencapai tujuan. Metode menanyakan dialektik kadang-kadang disebut juga metode yang didukung setan, bermanfaat dalam memecahkan masalah dan menemukan kesempatan.




2.4. Langkah Pengambilan Keputusan

Simon (1960) memperkenalkan empat aktivitas dalam proses pengambilan keputusan yaitu:
 Intelligence adalah pengumpulan informasi untuk mengidentifikasikan permasalahan.
 Design adalah tahap perancangan solusi dalam bentuk alternatif-alternatif pemecahan masalah.
 Choice adalah tahap memilih dari solusi dari alternatif-alternatif yg disediakan.
 Implementation adalah tahap melaksanakan keputusan dan melaporkan hasilnya.
Ada beberapa langkah dalam proses pengambilan keputusan antara lain; Pengenalan persyaratan keputusan; diagnosa dan analisis penyebab; pengembangan alternatif; pemilihan alternatif yang diinginkan: implementasi alternatif yang dipilih; evaluasi dan umpan balik. Dalam pengambilan keputusan harus memperhatikan beberapa hal yaitu:
 Menetapkan prioritas.
 Apakah masalah tersebut mudah ditangani?
 Apakah masalah itu akan selesai dengan sendirinya kalau dibiarkan?
 Apakah ini keputusan yang akan saya buat?
Dalam membuat keputusan, semua manajer harus memberi bobot pada alternatif, banyak diantaranya yang menyangkut peristiwa pada masa depan yang sulit diramalkan. Situasi pembuat keputusan sering kali dikategorikan dalam suatu kesatuan yang berkisar dari kepastian, risiko sampai pada ketidakpastian. Kepastian adalah kondisi dimana kita mengetahui tujuan kita dan mempunyai informasi yang akurat, dapat diukur dan diandalkan mengenai hasil dari setiap alternatif yang kita pertimbangkan.
Dalam pengambilan keputusan juga tidak lepas dari Risiko. Risiko terjadi kalau kita tidak dapat memperkirakan hasil alternatif dengan kepastian, tetapi kita mempunyai cukup informasi untuk memperkirakan probabilitas hasilnya akan mengarah pada keadaan yang diinginkan. Ketidakpastian adalah kondisi dimana hanya sedikit yang diketahui mengenai alternatif atau hasilnya. Manajer memberi bobot pilihan yang tersedia dan menghitung tingkat risiko optimal disebut menggunakan model rasional pembuatan keputusan. Model ini amat berguna dalam membuat keputusan tidak terprogram. Konsep ini membantu manajer melangkah lebih jauh, asumsi bahwa sudah ada penyelesaian yang jelas dan hanya menunggu untuk ditemukan.
Adapun proses mendasar dari pembuatan keputusan rasional menyangkut empat tahap yaitu pengamatan situasi; kembangkan alternatif; mengevaluasi alternatif dan memilih yang terbaik; implementasikan keputusan dan monitor hasil.


DAFTAR PUSTAKA

1. Stoner, James A F, Freeman, E edward dan Gilbert Jr, Daniel R. Manajemen Jilid I edisi indonesia. Jakarta: PT Indeks, Gramedia grup, 1996
2. Daft, Richard L. Manajemen Edisi 6. Jakarta: Salemba Empat, 2007
3. Tisnawatie, Ernie dan Saeful, Kurniawan, Pengantar Manajemen. Jakarta: Kencana, 2008